Laman


Click here for Myspace Layouts

Laman

Minggu, 01 Februari 2015

Generasi dalam Cengkeraman Pendidikan Liberal

Masa remaja adalah masa yang paling rentan dalam fase pencarian jati diri. Emosi yang labil, menjadikan remaja sulit untuk menangkal pengaruh-pengaruh yang ada di sekitarnya. Meskipun pengaruh tersebut bernilai negatif. 

Berbagai fakta telah menunjukkan pada kita aktifitas-aktifitas remaja yang menyimpang norma. Problematika dan permasalahan kekinian mendera kalangan remaja, seperti tawuran dan kriminalitas, seks bebas, penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (Napza), minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular, dll. Pada tahun 2008 berdasarkan laporan Polri secara keseluruhan, jumlah anak-anak dan remaja pelaku tindak kriminalitas sebanyak 3.280 orang, meningkat sebesar 4,3 persen dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 3.145 orang. (http://www.kemenpora.go.id). Di Amerika, negara budaya bebas terdapat 3,2 juta remaja Amerika yang berumur 14-19 tahun, terjangkit penyakit menular seksual, dan angka tersebut secara prosentase telah mencakup 26% dari jumlah total remaja perempuan di usia tersebut (Penanggulangan Penyakit dan Pencegahannya (CDC)). Sementara di dalam negeri, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2010 menyebutkan, sebanyak 32 persen remaja usia 14 hingga 18 tahun di sejumlah kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya pernah berhubungan seks (www.beritajakarta.com). Dan sebanyak 3,2 juta remaja lagi menjalani aborsi yang tidak aman (Berita online Gereja Katolik Indonesia). Penyalahgunaan narkoba juga marak. Prevalensi penyalahgunaan narkoba dalam penelitian BNN dan Puslitkes UI, pada 2005 terdapat 1,75 persen pengguna narkoba dari jumlah penduduk di Indonesia. Prevalensi itu naik menjadi 1,99 persen dari jumlah penduduk pada 2008. Tiga tahun kemudian, angka sudah mencapai 2,2 persen. Pada 2012, diproyeksikan angka sudah mencapai 2,8 persen atau setara dengan 5,8 juta penduduk (Kompas.com, 31/10/2012). Sebanyak 50 – 60 persen pengguna narkoba di Indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. 

 Buah Pendidikan Sekular 

Kondisi tersebut merupakan buah yang harus dipetik dari penerapan sistem pendidikan di negeri ini. Sistem pendidikan sekular kapitalis telah mengabaikan aspek pembentukan kepribadian dan karakter siswa. Sekolah sebagai institusi pendidikan alih-alih mencetak remaja yang berkualitas yang memiliki kepribadian yang kuat, namun justru menghasilkan remaja yang menciptakan banyak masalah. 

Kondisi ini dapat tergambar dari kasus dari laporan kecurangan UN 2012 yang diterima oleh Posko Pengaduan UN. Dari 1.500 laporan, 775 merupakan laporan kebocoran ataupun kecurangan saat ujian. Pada tataran praktis pun, pendidikan nasional dihadapkan pada persoalan yang bersumber dari lemahnya peran pengawasan Pemerintah. Hal itu tampak jelas dari munculnya sejumlah buku (LKS) Lembar Kerja Siswa untuk SD di beberapa sekolah yang memuat teks atau ilustrasi yang tidak pantas untuk murid-murid SD; keterlibatan sejumlah murid dalam perbuatan asusila di lingkungan sekolah dan tindak kekerasan; serta berbagai kejadian yang sangat menyesakkan dada seperti kasus pelecehan seksual di sekolah internasional JIS, terpaparnya sepuluh murid SD di Situbondo dengan HIV/AIDS, dan sebagainya. Berkali-kali berganti kurikulum, berkali-kali pula kualitas pendidikan tak semakin membaik bahkan justru membingungkan subjek dan objek yang terlibat dalam dunia pendidikan itu sendiri. Terakhir adalah adanya penerapan kurikulum 2013 (K13) yang tampaknya belum siap diterapkan, hingga di kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini, Indonesia harus menggunakan dua kurikulum sekaligus yang diterapkan pada pendidikan dasar hingga menengah, yakni K13 dan kurikulum 2006 (KTSP). 

Selain itu, semakin dekatnya MEA semakin memperlihatkan bahwa pemerintah menjadikan remaja atau pelajar sebagai komoditi ekonomi. Focus pemerintah kini berada pada itung-itungan berapa besar untung dan rugi. Sehingga wajar jika pelatihan skill lebih diutamakan dalam pendidikan dasar hingga menengah dari pada pemahaman keilmuan secara akademik. Hal inilah yang akan menjadikan sebagian besar lulusan masyarakat Indonesia cukup puas sebagai pekerja sebagaimana skill yang dimiliki bukan sebagai pencipta peluang kerja. 

Faktor lainnya yang turut menghancurkan dunia pendidikan di Indonesia adalah maraknya korupsi di dunia pendidikan mulai pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa, termasuk yang terjadi di sekolah-sekolah. Secara nominal pada tahun 2012 ini anggaran pendidikan meningkat menjadi Rp 286,56 triliun atau sekitar 20,20 persen dari total APBN Rp 1.418,49 triliun (tahun 2011 anggaran pendidikan Rp 248,98 triliun atau 20,25 persen dari total APBN Rp 1.229,56 triliun). Lalu berapa persen anggaran yang betul-betul termanfaatkan untuk meningkatkan pendidikan? Lihatlah, masih banyak gedung-gedung sekolah yang sudah tidak layak dipergunakan sebagai tempat belajar karena tinggal menunggu roboh. Tentu selain tidak nyaman untuk belajar, juga dikhawatirkan bakal roboh. Padahal untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkepribadian Islam, selain kurikulum yang diajarkan juga fasilitas sekolah yang harus memadai. 

 Islam; Konsep Sistem Pendidikan Sempurna 

Sebenarnya potret pendidikan remaja Indonesia tidaklah semuanya hitam, tidak sedikit prestasi yang dipersembahkan oleh generasi muda tersebut. Mereka sukses di berbagai perlombaan internasional. Potensi itu akan semakin berkembang jika perhatian Pemerintah terhadap dunia pendidikan itu lebih baik lagi, sementara sistem pendidikan yang ada sejatinya tidak lagi dilandasi prinsip kapitalisme sekular, tetapi didasarkan pada sistem pendidikan Islam. 

 Dr. Arim Nasim, dosen UPI menyatakan bahwa kegagalan sistem pendidikan nasional tampak dari input, proses, dan output-nya. Islam dapat memecahkan segalah masalah akibat system pendidikan yang karut-marut di Indonsia. sistem pendidikan Islam ini bukan berarti hanya diperuntukkan umat Islam atau berorientasi akhirat semata. Non-muslim sebagai warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang sama. Manusia, khususnya umat Islam, sangat dianjurkan menguasai ilmu dan teknologi dalam mempermudah setiap urusan keduniawian. Ini juga telah dibuktikan pada era keemasan Kekhilafahan Umayyah, Abbasiyah, dan Ustmaniyah. Pada masa itu ilmu dan teknologi di dunia Islam sangat maju, sedangkan Eropa dalam masa kegelapan. Dalam Islam, suksesnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara individu, masyarakat dan negara, tapi pembiayaan pendidikan sepenuhnya tanggung jawab negara. Terjadi sinergis yang kuat antara individu, masyarakat dan negara. 

Berbeda dengan sistem pendidikan nasional saat ini yang berasaskan sekulerisme dan liberalisme. Sistem pendidikan sekarang tidak terjadi sinergis antara tiga peran fungsional pendidikan tersebut. Pembiayaan pendidikan nasional pada saat ini dibebankan pada tiga pihak, yakni individu (peserta didik), masyarakat dan Negara, dengan beban terbesar ditanggungkan pada peserta didik sebagai ‘penikmat’ fasilitas dalam pendidikan yang diperolehnya. Hal yang berbeda pada system pendidikan Isam, dimana pembiayaan pendidikan dalam Islam terkait dengan politik ekonomi. Politik ekonomi Islam mewajibkan negara untuk memenuhi kebutuhan pokok individu (sandang, pangan dan papan ) dan kebutuhan pokok masyarakat (kesehatan, keamanan dan pendidikan ) secara menyeluruh. 

Pendidikan dalam sistem Islam wajib diselenggarakan oleh negara dengan biaya semurah-murahnya, bahkan gratis. Sumber-sumber pembiayaan pendidikan dalam Islam diambil dari pengelolaan negara atas kepemilikan umum berupa sumberdaya alam tambang, minyak, gas, kelautan, kehutanan, dan sebagainya. Islam melarang pengelolaan sumberdaya alam pada asing. Sumber-sumber pembiayaan pendidikan lain dapat diambil dari harta milik negara, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ghanîmah, kharaj, fai, jizyah, dan tebusan tawanan perang, zakat, infak, wakaf, sedekah, dan hadiah. Pajak merupakan pendapatan alternatif terakhir atau bersifat insidentil (temporal) dan hanya dipungut pada orang kaya. 

Maka untuk menghasilkan generasi yang cerdas dan cemerlang perlu adanya penerapan system yang sempurna dalam suatu institusi. Tidak hanya pada bidang pendidikan, tapi juga di bidang kesehatan, keamanan, hukum, ekonomi, politik dan di seluruh aspek kehidupan. Dan system sempurna tersebut adalah syariat Islam yang hanya terdapat dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah, satu-satunya system dari Allah Al Kholiq Al Mudabbir yang akan mampu mencetak generasi Al Fatih berikutnya. Wallahu a’lam. [me]

Minggu, 02 September 2012

Pemuda, Let Take Your Action !


Pemuda, Let Take Your Action !

Selamat datang para calon “agent of change” di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Tak berlebihan jika sapaan tersebut kita berikan kepada calon-calon penerus agent of change, mahasiswa baru angkatan 2012 Unesa.
Tahun 2012 ini, Unesa menerima sedikitnya empat ribu mahasiswa baru dari berbagai jurusan. Dari belasan ribu orang pendaftar, hanya beberapa ribu orang saja yang beruntung. Orang-orang yang beruntung tersebut bukannya tanpa halangan bin rintangan dalam mewujudkan cita-citanya untuk diterima di salah satu universitas di Surabaya ini. Mereka diharuskan mengikuti beberapa ritual, diantaranya adalah mengisi formulir secara online dan tes tulis serta tes wawancara. Ada kurang lebih gelombang atau jalur tes pendaftaran untuk memasuki perguruan tinggi. Jalur  yang pertama adalah Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang diselenggarakan tanggal 1 Pebruari hingga 8 Maret 2012. SNMPTN Tulis/Keterampilan pada 10-31 Maret 2012. SPMB I, Kemitraan Mandiri, dan Kelas Internasional (FMIPA-Kepend) pada 7-17 Juli 2012. serta SMPB II, Kemitraan Mandiri, dan Kelas Internasional pada 25 Juli hingga 2 Agustus 2012.
Para calon mahasiswa yang berhasil melewati berbagai tahapan tersebut (diterima) mayoritas adalah orang-orang dalam usia muda. Hampir semua calon mahasiswa baru adalah pemuda, karena usia mereka termasuk yang disebutkan dalam UU kepemudaan nomor 40/2009 mengenai batas usia pemuda, yakni 16 tahun hingga 30 tahun.
Pemuda memiliki potensi yang luar biasa dibandingkan dengan anak kecil dan orang-orang berusia lanjut. Menurut DR.Yusuf Qardhawi ibarat matahari maka usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas. Pemuda memiliki kekuatan yang lebih secara fisik dibandingkan dengan anak kecil dan orang yang sudah berumur lanjut. Pemuda memiliki semangat yang meledak-ledak bak bom nuklir yang jika dinyalakan akan meledakkan dan memusnahkan sebuah kota.
Penggunaan bom nuklir seperti dua sisi mata uang. Dapat diguanakan sebagai alat pemusnah sekaligus alat pelindung. Jika maksud penggunaannya untuk hal-hal yang membahayakan, maka ia akan dengan mudah menghancurkan. Namun bila penggunaannya untuk kemaslahatan, maka ia pun mampu melindungi bumi dari resiko bertubrukan dengan asteroid.
Begitu pun dengan pemuda, potensinya bisa menjadi manfaat bagi dirinya, bisa juga menjadi bumerang dan ranjau dalam kehidupannya. Hal tersebut bergantung pada bimbingan dan arahan dalam mengasanya. Jika potensi pemuda berhasil diasa dan dimanfaatkan dengan baik, maka ia pun akan menjadi manfaat bagi dirinya dan orang lain. Namun jika pengelolaannya gagal/disalahgunakan untuk hal-hal yang buruk, ia pun akan menjadi bumerang dan membawa kemudharatan bagi dirinya maupun orang di sekitarnya.
Berdasarkan fakta saat ini, banyak kita jumpai pemuda justru menyalahgunakan potensinya. Banyak pemuda yang terjebak dalam kehidupan hedinistik (Paham yang dianut orang-orang yang mencari kesenangan semata-mata). Tak sedikit remaja yang memuja gaya hidup permisif (permissive: serba membolehkan, dan bahkan bebas nilai). Mayoritas pemuda tidak peduli dengan urusan sesamanya. Umumnya pemuda cenderung lebih suka pada kegiatan-kegiatan berfoya-foya, sex pra nikah, aborsi, narkoba dan HIV/AIDS. Untuk kasus narkoba sendiri, Sekjen Granat Brigjen  Ashar Soerjobroto dalam sambutanya pada Granat Award di Hotel Kartika Chandra, Jumat 22/6/2012, mengungkapkan bahwa pecandu narkoba di Indonesia sudah mencapai lima juta orang”, (http://news.okezone.com/read/2012/06/23/337/652296/jumlah-pengguna-narkoba-capai-lima-juta-orang). Berbanding lurus dengan kasus narkoba, kasus HIV/AIDS juga semakin meningkat. Pada tahun 2007 terdapat 11.140 kasus, tahun 2008 terdapat 16.140 kasus, meningkat menjadi 19.973 pada akhir tahun 2009 dan kemudian kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi 22.726 kasus (http://health.kompas.com/read/2011/01/18/13054847/Jumlah.Penderita.HIVAIDS.Terus.Meningkat).
Itulah akibat dari kegagalan dalam mengelolah potensi pemuda dengan baik. Dan hal tersebut juga disebabkan oleh tidak adanya ketaatan kepada agama sebagai pedoman hidupnya. Permasalahan-permasalahan di atas terjadi dan akan terus meningkat ketika pemuda memisahkan agama dari kehidupannya (sekuler).
Untuk mengurangi dan mencegah bertambah buruknya permasalahan pemuda. Banyak upaya yang dilakukan oleh negara melalui berbagai instansi salah satunya adalah instansi pendidikan. Sekarang ini banyak universitas yang menggalakkan pendidikan berkarakter kepada para mahasiswanya. Tak terkecuali di Unesa. Dengan jargon “growing with character” Unesa menjadi salah satu universitas yang membimbing mahasiswanya tak hanya pintar namun juga berakhlak mulia. Hal tersebut dilakukan untuk membangkitkan kembali peran pemuda sebagai aktor utama dalam perubahan dan pembangunan negara.
Pemuda berperan besar atas kemajuan dan kecemerlangan bangsanya. Tak berlebihan rasanya jika Bung Karno memuji para pemuda dengan kalimat ini, “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Pemuda. Tak boleh diam saja. Sekaranglah waktu yang tepat untuk bergerak melakukan perubahan. Karena pemuda memegang peranan vital dalam perubahan masyarakat dan untuk kejayaan bangsanya. Seorang pemikir dari Beirut, Musthafa Al Ghalayaini berkata: “Adalah terletak di tangan para pemuda kepentingan umat ini, dan terletak di tangan pemuda juga kehidupan umat ini.” Kemudian Musthafa Kamil, pemikir dari Mesir berkomentar: “Pemuda yang bodoh, beku (tidak punya ruh jihad) untuk memajukan bangsa, matinya itu lebih baik daripada hidupnya.”
Telah ada pemuda-pemuda yang berhasil menorehkan tinta emas yang dapat kita jadikan teladan. Berikut adalah pemuda yang berhasil tercatat dalam tinta emas Islam. Ada Sa’ad bin Abi Waqash. Seorang ksatria berkuda Muslimin paling berani di saat usianya baru menginjak 17 tahun. Ia dikenal sebagai pemanah terbaik. Sahabat utama yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam. Lelaki yang disebut Rasulullah sebagai penduduk surga.
Ada Usamah bin Zaid. Namanya terkenal harum sejak usia 12 tahun. Mukmin tangguh dan muslim yang kuat. Rasulullah menunjuknya sebagai panglima perang di usianya yang ke-20 dan memimpin armada perang menggempur negara adikuasa Romawi di perbatasan Syiria dengan kemenangan gemilang.
Juga Mush'ab bin Umair. Ia seorang pemuda Islam dari Quraisy terkemuka, gagah dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan.  Para ahli sejarah melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga kota Makkah yang mempunyai nama paling harum." Dalam Perang Uhud, pemuda islam Mush'ab bin Umair adalah salah seorang pahlawan dan pembawa bendera perang. Ketika situasi mulai terdesak karena kaum Muslimin melupakan perintah Nabi, maka ia mengacungkan bendera setinggi-tingginya dan bertakbir sekeras-kerasnya, lalu maju menyerang musuh. Ia juga menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di bukit Aqabah (http://drise-online.com).
Begitu luar biasanya peran pemuda Islam pada saat itu. Hingga Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wasallam- tatkala beliau bersabda dalam hadits yang shahih, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam penyembahan kepada Rabbnya.”
Untuk menjadi pemuda yang akan meneruskan torehan tinta emas sebagaimana pemuda-pemuda Islam di atas, ada dua hal yang harus kita perhatikan dalam kehidupan kita. Menuntut ilmu dan meningkatkan ketaqwaan. Keduanya harus saling diprioritaskan, tidak setengah-setengah atau salah satu. Karena Imam Syafi’I pernah berkata, “Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, tidak dianggap hadir (dalam kehidupan).”
So, mumpung sekarang kita masih muda dan berenergi. Mari kita isi waktu kita dengan mengikuti majelis-majelis ilmu yang dapat membawa kita menjadi cerdas serta lebih mendekatkan diri kepada sang Khaliq. Kita pun akan memperoleh nilai plus, pintar dan bermoral plus bertakwa.




Kamis, 12 Juli 2012

OUTBOND
"HOLIDAY BE HAPPY AND SYAR’I WITH MHTI"
DI KEBUN RAYA PURWODADI PASURUAN JATIM
Oleh: Lajnah Khusus Sekolah
Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Sidoarjo

Rabu, 4 Juli 2012 puluhan pelajar muslimah dari berbagai instansi pendidikan  Sidoarjo berkumpul di padang rumput Kebun Raya Purwodadi Pasuruan. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan outbond  yang diadakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir (MHTI) Sidoarjo. Kegiatan outbond yang  mengambil tema “Holiday be Happy and Syar’i With MHTI” ini dilaksanakan pukul 07.00 hingga 16.00 WIB. Kegiatan ini diadakan dengan maksud mengisi liburan para pelajar muslimah tersebut dengan kegiatan yang bermanfaat, syar’i dan mencetak mereka untuk menjadi muslimah yang sejati.
            Rangkaian kegiatan ini diawali dengan lantunan mutiara Allah (Al-Qur’an red.) yang dikumandangkan oleh ukhty Najma. Setelah itu dilanjutkan dengan sambutan sekaligus pembukaan acara oleh ketua pelaksana kegiatan, yakni ustadzah Inas. Dalam sambutannya, ustadzah Inas menyatakan rasa bangga dan terima kasihnya atas antusiasme peserta untuk hadir dan mau menghabiskan waktu liburannya dengan mengkaji ilmu Allah serta berharap acara ini dapat menjadi tolok ukur kebangkitan remaja muslimah Sidoarjo.
            Dalam acara ini, peserta outbond Holiday be Happy and Syar’i With MHTI” disuguhi berbagai kegiatan yang seru dan syar’i yang telah dirancang oleh panitia. Diantaranya adalah beberapa materi mengenai pendalaman ilmu Islam serta games seru yang syarat nilai tentunya.
            Nah setelah sambutan disampaikan oleh ustadzah Inas, acara selanjutnya adalah game pertama yang sekaligus membuka kegiatan inti dalam outbond ini. Game pertama ini bertajuk “It’s so Strong!”. Peserta diminta untuk beranjak dari karpet duduknya untuk berdiri di padang yang lebih luas lagi. Dalam game tersebut para panitia membagikan dua buah tali dengan simpul yang berbeda kepada tiap peserta. Aturan mainnya, dua tali berbeda simpul (tali pertama dengan simpul mati dan tali lainnya dengan simpul kupu-kupu) yang telah dipegang oleh tiap peserta harus dibuka dalam waktu yang singkat. Dan ternyata membuka kedua tali tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Memang ada beberapa peserta yang berhasil membuka kedua talinya sebelum waktu yang ditetapkan habis. Namun tak sedikit pula yang kesulitan membuka simpul dari salah satu tali yang mereka bawa. Kebanyakan dari mereka kesulitan dalam membuka tali yang bersimpul mati, sehingga ada beberapa peserta yang gagal.
            Setelah stopwatch berhenti pada menit yang telah diteapkan, peserta diminta untuk menyudahi usaha untuk membuka simpul kedua tali dan kembali duduk di tempat sebelumnya. Nah, setelah game “It’s so Strong” tersebut selesai, acara berikutnya dilanjutkan dengan materi pertama yang disampaikan oleh ustadzah Arinta. Dala materi yang pertama ini, ustadzah Arinta juga membeberkan makna dari game “It’s so Strong” yang telah dilakukan oleh peserta sebelumnya. Dalam penjelasannya, ustadzah Arinta mengatakan bahwa dua simpul tali dalam game tersebut diibaratkan sebagai ikatan aqidah. Untuk tali bersimpul mati (yang susah dibuka) diibaratkan ikatan aqidah yang kuat. Sedangkan tali bersimpul kupu-kupu (yang mudah dibuka) diibaratkan sebagai ikatan aqidah yang lemah. Jika aqidah (Islam) kita terikat kuat, maka seberapa banyak godaan yang dapat melemahkan ikatannya tak akan mampu menggoyahkan keimanan kita. Namun jika ternyata ikatan aqidah Islam itu lemah, maka ketika datang godaan kecil saja, keimanan kita akan dengan mudah tergoyahkan (yah seperti remaja labil gitu deh).
            Nah tak berhenti dengan pembahasan makna dari game saja, ustadzah Arinta juga menjelaskan pentingnya kita memahami jati diri kita sebagai seorang muslimah yang harus tunduk terhadap Sang Pencipta. Dalam pembahasan materi tersebut, ustadzah Arinta mengajak para peserta untuk bersama-sama menemukan siapa sejatinya diri kita dengan menjelaskan tiga simpul besar dalam setiap kehidupan manusia. Ketiga simpul tersebut memuat tiga pertanyaan, yakni dari mana kita hidup? Untuk apa kita hidup di dunia? Dan akan kemanakah kita setelah kita mati? Dan seluruh peserta dengan antusias menjawab bahwa kita semua (manusia) berasal dari Allah, untuk beribadah kepada Allah, dan akan kembali lagi kepada Allah. Setelah mengetahui jati diri sebagai seorang muslim, maka kita pun harus mengambil konsekuensi untuk selalu tunduk dan taat atas perintah dan larangan Allah. Karena Allah lah yang menciptakan kita dan hanya Allah lah yang mengetahui mana yang baik dan mana yang tak baik bagi umatnya.
Materi yang begitu panjang kali lebar (bukan luas persegi panjang loh) membuat peserta semakin semangat dan penasaran untuk melanjutkan ke materi selanjutnya. Mereka semakin antusias menunggu suguhan ilmu lainnya. Namun sebelum disambung ke materi selanjutnya, peserta harus mengikuti game yang kedua.
Oke, lanjut ke acara berikutnya yakni game kedua yang langsung dilanjutkan dengan game ketiga yang masing-masing berjudul “I Follow U” dan “Put Me on My Place”. Dalam game kedua tersebut para peserta diminta untuk memejamkan mata dan hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh salah satu panitia yang berbicara melalui alat pengeras megaphone tidak boleh menghiraukan suara lain selain pembicara. Perintah tersebut mulai dari memegang bagian tubuh, wajah, bergerak ke kiri atau ke kanan, hingga bergoyang ke kiri atau ke kanan. Siapa yang tidak melakukan perintah dengan benar atau mengikuti arahan selain pembicara maka akan secara alami tereliminasi. Hingga akhirnya hanya tertinggal satu orang saja yang dapat melakukan perintah dengan benar dan percaya diri. Esensi dari game ini adalah menguji ketaatan kita terhadap syariah (aturan) yang digambarkan dengan perintah dari panitia. Meskipun perintah tersebut terasa aneh dan tidak sesuai dengan keinginan kita, tapi Allah pasti mengetahui apa yang kita butuhkan. Dan kita tetap harus taat dan pede (percaya diri) melaksanakannya meskipun banyak godaan dan  kita menjadi terasing atau sendirian dalam melakukannya.
Setelah game kedua tersebut usai, lalu dilanjutkan dengan game ketiga bertajuk “Put Me on My Place”. Dimana dalam game tersebut peserta secara berkelompok diminta untuk meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Seperti dimanakah seharusnya uang koin diletakkan dan sebagainya. Dan ibrah yang dapat diambil dari game ini adalah segala sesuatu itu harus diletakkan pada tempatnya. Begitu pula dalam islam. Syariah islam akan dapat diterapkan secara kaffah (menyeluruh) dalam bingkai daulah khilafah islamiyah yang menjadikan syariah islam sebagai aturannya.
Penjelasan lengkap atas kedua games tersebut disampaikan oleh dua pemateri luar biasa yakni ustadzah Arinta dan ustadzah Fida mengenai pentingnya syariah dan khilafah dalam kehidupan manusia. Ustadzah Arinta menyampaikan kepada para peserta outbond bahwa ketika kita telah menyadari jati diri kita sebagai seorang muslimah, maka akan ada konsekuensi yang harus kita tanggung yang nantinya akan menghantarkan kita memasuki gerbang syurga. Konsekuensi tersebut terkait keterikatan kita sebagai makhluk ciptaan kepada Sang Pencipta. Ketika kita mengetahui bahwa yang menciptakan kita adalah Allah, maka dalam melangsungkan hidup seharusnya kita pun berpedoman pada aturan Allah semata. Ya iya lah. Coba saja kita analogikan seperti ini, ketika kita membeli handphone (HP) dengan merk tertentu, kita akan memperoleh paket HP tersebut lengkap dengan aturan penggunaannya. Nah bagaimana jika kita menggunakan HP tersebut dengan aturan penggunaan mesin cuci? Rusak kan? Sama dengan kita. Aturan yang sesuai dengan fitrah manusia hanya tertera dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Islam memiliki aturan yang lengkap, mulai dari hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah), hablumminannafsih (hubungan manusia dengan dirinya sendiri) serta hablumminannas (hubungan manusia dengan manusia yang lainnya). Semuanya ada dalam Islam. Mulai dari kita bangun tidur hingga kita membangun negara. Mulai dari ibadah hingga muamalah.
Aturan mengenai hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah) meliputi ibadah ritual (rukun Islam) sehari-hari, dan setiap manusia diwajibkan untuk menjalankannya. Di indonesia hal tersebut dapat dilaksanakan dengan kemudahan. Aturan kedua mengenai hablumminannafsih (hubungan manusia dengan dirinya sendiri) meliputi akhlak, cara berpakaian, memenuhi hajat (seperti makan, minum, dll). Dan hal tersebut juga masih dapat dilakukan setiap orang dengan mudah karena hal tersebut dilakukan untuk diri kita sendiri tanpa campur tangan orang lain. Dan aturan ketiga mengenai hablumminannas (hubungan manusia dengan manusia yang lainnya) meliputi pergaulan, muamalah, ekonomi, politik, dll. Nah untuk aturan ketiga ini, masih sulit dilaksanakan jika kita menggunakan hukum yang benar. Karena pada dasarnya pemimpin setiap negara di belahan dunia ini tak menggunakan hukum dari Allah swt. dan lebih memilih untuk memisahkan hukum Allah hanya pada tempat ibadah saja, tidak secara universal. Istilah lainnya adalah sekulerism (paham memisahkan agama dengan kehidupan). Jadi pada pemimpin suatu negeri akan menggunakan hukum islam ketika hukum tersebut mendatangkan manfaat bagi sebagian orang saja.
Rasanya sulit memang untuk menerapkan aturan Allah secara kaffah saat ini, dimana tidak ada institusi berbentuk negara yang mau mengambil islam sebagai aturannya dan masih banyaknya negara yang berideologi kapitalis dan beraqidah liberal. Karena kehidupan masyarakat diatur dengan aturan sesama manusia, demokrasinya, hukum negaranya, serta kebebasan sebebas-bebasnya tanpa batas. Lain dengan negara yang hanya berpedoman pada aturan Allah semata. Masyarakat akan dilindungi akidahnya dan dosanya dapat terampunkan ketika ia melakukan kesalahan. Begitu luar biasanya jika hukum Islam diterapkan. Dan Islam akan terterapkan secara sempurna dalam naungan daulah khilafah islamiyah. Yakni kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syariat Islam dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia. Yang pemimpinnya disebut sebagai khalifah.
Adzan dzuhur berkumandang ketika penyampaian materi ketiga di atas selesai. Tak perlu berlama lagi, seluruh peserta dan panitia melaksanakan Ishoma (istirahat, sholat, dan makan). Dalam hal ini dibagi dua bagian, separuh jumlah peserta melaksanakan sholat dzuhur terlebih dahulu, dan separuh lainnya makan siang begitu pula sebaliknya.
Selesai ishoma, serunya kegiatan outbond ini pun dilanjutkan. Berpindah ke tempat lain untuk memperoleh suasana baru, acara dilanjutkan dengan game kedua yang bertajuk “Go with The Ship”. Dalam permainan ini, para peserta di bagi dalam beberapa kelompok dan diminta untuk mengumpamakan dua lembar koran sebagai dua buah sekoci dan rerumputan disekitarnya sebagai samudera lepas. Bak kisah terbelahnya kapal titanic, dua sekoci tersebut digunakan untuk menyelamatkan seluruh penumpang kapal untuk menyebrang ke arah pantai dengan strategi yang dapat menyelamatkan mereka tentunya. Sekoci tidak diperbolehkan untuk rusak atau robek, dan penumpang (peserta) tidak diperbolehkan untuk menginjak rumput. Karena jika ada salah satu penumpang menginjak rumput secara sengaja maupun tidak, penumpang dinyatakan tenggelam. Serunya permainan ini adalah karena lebar sekoci tak sesuai dengan jumlah penumpang. Dan hal ini membuat para peserta harus jungkir balik memikirkan strategi jitu bagi kelompoknya.
Ibrah yang dapat diambil dari permainan ini adalah pentingnya berdakwah secara jamaah serta kerjasama dalam dakwah. Karena jika dakwa dilakukan secara sendirian akan terasa sulit dan butuh waktu lama untuk menjadikannya berhasil. Berbeda jika dakwah disampaikan dengan kerjasama dan berjamaah. Pasti akan lebih mudah dan ringan. Sebagaimana materi yang disampaikan oleh ustadzah Inas mengenai seruan berdakwah secara berjamaah. Dalam materinya tersebut ustadzah Inas mencobah menggerakkan ghiroh (semangat) para peserta untuk bersatu berdakwah bersama ummat untuk mewujudkan terterapkannya syariah dalam bingkai khilafah islamiyah. Dan ustadzah Inas menutup penyampaiannya tersebut dengan menawarkan para peserta untuk bergabung dalam barisan dakwah para pejuang islam MHTI (Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia) untuk menerapkan syariah islam dan menegakkan Khilafah. Dan gayung pun bersambut. Para peserta sangat senang dan antusias untuk terlibat dalam gerak dakwah bersama MHTI. Hal ini terlihat dari salah satu note yang diberikan oleh seorang peserta bernama Ria Mardiana, dia mengatakan bahwa acara outbond ini sangat bermanfaat baginya, dan ia bersyukur dapat mengikuti acara ini, karena ia bisa memperdalam islam dan ia yakin untuk menyampaikannya kepada teman-temannya yang lain. Dan kegiatan outbond “Holiday be Happy and Syar’i with MHTI” ini ditutup dengan doa dan harapan tersegeranya penerapan syariah dalam bingkai khilafah. Wallahu a’lam.
Sampai jumpa di agenda Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia selanjutnya!! [Rina-the muslimah fighter]



Senin, 02 Juli 2012

Sepak Bola, Ajang Pemersatu Umat?



            Kemarin, tepatnya tanggal 28 Juni 2012 dini hari waktu Indonesia, di Donetsk, Ukraina, tim matador Spanyol berhasil melenggang ke babak puncak euro cup 2012. Dalam pertandingan melawan Portugal tersbut, Spanyol cukup kewalahan meladeni permainan dari Portugal. Hingga pada menit ke-90 plus dua kali tambahan waktu 15 menit, usaha kedua tim tak membuahkan hasil. Skor imbang kacamata alias 0-0 bertahan. Dan puncaknya kemenangan Spanyol diperoleh melalui tendangan pinalti dengan skor akhir 4-2. Sontak euforia tim matador beserta suporternya membahana di stadion Donbass Arena, Donetsk, Ukraina.
            Tapi bukan itu yang akan saya bahas di sini. Yang akan saya bahas dalam tulisan saya kali ini mengenai pernyataan dari salah satu wartawan stasiun televisi nasional yang menyatakan bahwa “Pala Eropa (Sepak Bola) telah menyatukan setiap ummat di dunia” dan “Piala Eropa bukan lagi milik masyarakat benua Biru –julukan Benua Eropa- melainkan juga untuk seluruh penduduk dunia, termasuk Asia”. Sedikit penggalan pernyataan tersebut membuat saya sangsi. Benarkah hal itu?
            Pernyataan tersebut muncul ketika wartawan tersebut menjumpai dan mewawancarai beberapa penonton pertandingan semi final tersebut yang berasal dari Asia (Jepang, China, dan sekitarnya). Antusiasme dari pendukung kedua kesebelasan (Spanyol dan Portugal) sangat terlihat dari atribut yang mereka kenakan untuk mendukung tim favoritnya, mulai dari jersey tim hingga coretan bergambar bendera tim favorit di wajahnya. Sehingga wartawan tersebut menyimpulkan bahwa gelaran akbar nomor wahid ini mampu menyatukan umat dari belahan dunia manapun, tak hanya benua biru saja. Sehingga isu rasisme yang pernah muncul di awal turnamen ini dapat dipatahkan.
            Kembali pada pertanyaan saya, “Benarkah Euro Cup (atau pagelaran sepak bola yang lainnya) dapat menyatukan ummat sedunia?” Mungkin dalam satu sisi iya. Karena di dalam stadion sepak bola pasti terdapat banyak orang mulai dari pemain sepak bola maupun penontonnya yang mana kadang mereka berasal tidak dari satu wilayah yang sama. Jika itu jawabannya, mungkin benar.
Tapi faktanya, pagelaran2 sepak bola justru memunculkan sekat-sekat antar ummat. Lihat saja pertandingan antara Indonesia vs Malaysia di seagames 2011 lalu. Pendukung tim Indonesia dan Malaysia saling beradu mulut hingga menimbulkan perpecahan karena pada saat itu, diduga kemenangan tim Malaysia atas Indonesia dikarenakan pendukung Malaysia menyemprotkan gas air mata kepada pemain timnas Indonesia, sehingga penglihatan mereka terganggu.
Hal tersebut justru menjadikan negeri2 muslim terpecah belah. Coba kita perhatikan. Ketika ada momen sepak bola apa lagi antar negara, pasti satu negara dengan negara yang lainnya akan saling memuja tim favorit masing-masing. Hal tersebut membuat para pendukung amsing-masing tim melakukan pembelaan bagi tim favorit mereka. Muali dari menyanyikan yel-yel penyemangat hingga saling cela antara para pendukung. Padahal tak sedikit dari mereka akidah yang sama (seharusnya) jika dilihat dari agamanya (Islam).
Itu semua karena efek nasionalisme (ikatan kebangsaan). Ikatan inilah yang secara sengaja atau pun tidak memaksa manusia untuk berkorban hingga hidup dan mati pun demi mempertahankan negerinya. Padahal ikatan ini malah menimbulkan banyak hal negatif bagi orang-orang yang “mengidolakannya”. Loyalitas tanpa batas katanya. Hhmm masak sih? Apakah mati sia-sia dikeroyok sesama pendukung sepak bola dapat dikatakan sebagai bukti loyalitas tanpa batas? Oh no! Jangan gila deh!
Ikatan nasionalisme seharusnya tidak layak dijadikan sebagai pemersatu di tengah-tengah umat. Hal tersebut dikarenakan ikatan ini memiliki banyak kelemahan. Diantaranya, syaikh Taqiyudin An-Nabhani dalam kitabnya Nidzamul Islam (Peraturan Hidup Dalam Islam) menuliskan bahwa ikatan nasionalisme merupakan ikatan yang rusak karena tiga hal:
1)      karena mutu ikatannya rendah, sehingga tidak mampu mengikat antara manusia satu dengan yang lainnya untuk menuju kebangkitan dan kemajuan.
2)      Karena ikatannya bersifat emosional, yang selalu didasarkan pada perasaan yang muncul secara spontan dari naluri mempertahankan diri, yaitu untuk membela diri. Di samping itu ikatan yang bersifat emosional sangat tidak bisa dijadikan ikatan yang langgeng antara manusia satu dengan yang lain.
3)      Karena ikatannya bersifat temporal, yaitu muncul saat membela diri karena datangnya ancaman. Sedangkan dalam keadaan stabil, yaitu keadaan normal, iaktan ini tidak muncul. Dengan demikian, tidak bisa dijadikan pengikat antara sesama manusia.
Mari sama-sama kita renungkan 3 hal di atas. Betul apa benar?? Nasionalisme akan memuncak ketika ada even tertentu. Sepakbola, sea games, dan semuanya yang berbau kompetisi. Tapi ketika semua even tersebut usai, masi adakah rasa nasionalisme? Masih adakah pembelaan menggebuh-gebuh atas negara??



Rabu, 09 Mei 2012

Curhatan (Life is Choice part 2)

Rabu 09 Mei 2012, sekitar pukul 1.10 siang. Dosen masuk ke kelas untuk melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya untuk mendakwahkan ilmu yang ia miliki. Ilmu Alamiah Dasar, sebutan singkatnya IAD. "hhmm baiklah kita lanjutkan presentasi kelompok selanjutnya", ucap dosen. "Alhamdulillah sudah sholat dzuhur", gumamku. Yah hari ini mata kuliah yang seharusnya dimulai pukul 13.00, ternyata harus dimulai lebih awal karena ada kuliah pengganti. Dan mata kuliah tersebut ternyata selesai pukul 12.30, waktu yang tidak dapat ditunda lagi untuk melaksanakan sholat saat itu, karena akan ada kuliah selanjutnya. 
Namun karena waktunya mepet, ketika dosen masuk keadaan kelas masih terlihat tak sepadat biasanya (yah masih ada yang sholat sihh). Namun berbeda bagi beberapa mahasiswa yang kelompoknya akan presentasi. Menunda sholat menjadi pilihan. "udah, sholat aja dulu, dari pada ntar ndak keburu waktunya", celetukku kepada salah satu teman yang sedang bimbang memilih sholat atau presentasi (pilihan yang sulit memang -,-). "Tapi bentar lagi presentasi nih aku, gimana donk? Presentasi dulu aja kali yah", tambalnya. "Hhhm, ngakunya mau masuk surga, tapi milihnya duniawi", kataku.
yah sedikit ibroh yang dapat diambil:
saudaraku fillah, kalau kau memang menginginkan surga, maka berjuanglah untuk merengkuhnya. tapi ketika engkau hanya bisa setengah2 dalam melaksanakannya, hati2 Allah pun akan setengah2 terhadapmu. 
dan saudaraku fillah, segeralah engkau menyadari bahwa sesungguhnya wajib bagi seorang muslim untuk menyematkan islam di setiap aktivitas kita.
jangan sampai ketakutan kita terhadap manusia melebihi ketakutan kita terhadap Allah dan RasulNya. so lets refresh our niat in our life .. ^^
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?" (TQS. Al-Maidah: 50)

Life Is Choice !!