Laman


Click here for Myspace Layouts

Laman

Kamis, 12 Juli 2012

OUTBOND
"HOLIDAY BE HAPPY AND SYAR’I WITH MHTI"
DI KEBUN RAYA PURWODADI PASURUAN JATIM
Oleh: Lajnah Khusus Sekolah
Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Sidoarjo

Rabu, 4 Juli 2012 puluhan pelajar muslimah dari berbagai instansi pendidikan  Sidoarjo berkumpul di padang rumput Kebun Raya Purwodadi Pasuruan. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan outbond  yang diadakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir (MHTI) Sidoarjo. Kegiatan outbond yang  mengambil tema “Holiday be Happy and Syar’i With MHTI” ini dilaksanakan pukul 07.00 hingga 16.00 WIB. Kegiatan ini diadakan dengan maksud mengisi liburan para pelajar muslimah tersebut dengan kegiatan yang bermanfaat, syar’i dan mencetak mereka untuk menjadi muslimah yang sejati.
            Rangkaian kegiatan ini diawali dengan lantunan mutiara Allah (Al-Qur’an red.) yang dikumandangkan oleh ukhty Najma. Setelah itu dilanjutkan dengan sambutan sekaligus pembukaan acara oleh ketua pelaksana kegiatan, yakni ustadzah Inas. Dalam sambutannya, ustadzah Inas menyatakan rasa bangga dan terima kasihnya atas antusiasme peserta untuk hadir dan mau menghabiskan waktu liburannya dengan mengkaji ilmu Allah serta berharap acara ini dapat menjadi tolok ukur kebangkitan remaja muslimah Sidoarjo.
            Dalam acara ini, peserta outbond Holiday be Happy and Syar’i With MHTI” disuguhi berbagai kegiatan yang seru dan syar’i yang telah dirancang oleh panitia. Diantaranya adalah beberapa materi mengenai pendalaman ilmu Islam serta games seru yang syarat nilai tentunya.
            Nah setelah sambutan disampaikan oleh ustadzah Inas, acara selanjutnya adalah game pertama yang sekaligus membuka kegiatan inti dalam outbond ini. Game pertama ini bertajuk “It’s so Strong!”. Peserta diminta untuk beranjak dari karpet duduknya untuk berdiri di padang yang lebih luas lagi. Dalam game tersebut para panitia membagikan dua buah tali dengan simpul yang berbeda kepada tiap peserta. Aturan mainnya, dua tali berbeda simpul (tali pertama dengan simpul mati dan tali lainnya dengan simpul kupu-kupu) yang telah dipegang oleh tiap peserta harus dibuka dalam waktu yang singkat. Dan ternyata membuka kedua tali tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Memang ada beberapa peserta yang berhasil membuka kedua talinya sebelum waktu yang ditetapkan habis. Namun tak sedikit pula yang kesulitan membuka simpul dari salah satu tali yang mereka bawa. Kebanyakan dari mereka kesulitan dalam membuka tali yang bersimpul mati, sehingga ada beberapa peserta yang gagal.
            Setelah stopwatch berhenti pada menit yang telah diteapkan, peserta diminta untuk menyudahi usaha untuk membuka simpul kedua tali dan kembali duduk di tempat sebelumnya. Nah, setelah game “It’s so Strong” tersebut selesai, acara berikutnya dilanjutkan dengan materi pertama yang disampaikan oleh ustadzah Arinta. Dala materi yang pertama ini, ustadzah Arinta juga membeberkan makna dari game “It’s so Strong” yang telah dilakukan oleh peserta sebelumnya. Dalam penjelasannya, ustadzah Arinta mengatakan bahwa dua simpul tali dalam game tersebut diibaratkan sebagai ikatan aqidah. Untuk tali bersimpul mati (yang susah dibuka) diibaratkan ikatan aqidah yang kuat. Sedangkan tali bersimpul kupu-kupu (yang mudah dibuka) diibaratkan sebagai ikatan aqidah yang lemah. Jika aqidah (Islam) kita terikat kuat, maka seberapa banyak godaan yang dapat melemahkan ikatannya tak akan mampu menggoyahkan keimanan kita. Namun jika ternyata ikatan aqidah Islam itu lemah, maka ketika datang godaan kecil saja, keimanan kita akan dengan mudah tergoyahkan (yah seperti remaja labil gitu deh).
            Nah tak berhenti dengan pembahasan makna dari game saja, ustadzah Arinta juga menjelaskan pentingnya kita memahami jati diri kita sebagai seorang muslimah yang harus tunduk terhadap Sang Pencipta. Dalam pembahasan materi tersebut, ustadzah Arinta mengajak para peserta untuk bersama-sama menemukan siapa sejatinya diri kita dengan menjelaskan tiga simpul besar dalam setiap kehidupan manusia. Ketiga simpul tersebut memuat tiga pertanyaan, yakni dari mana kita hidup? Untuk apa kita hidup di dunia? Dan akan kemanakah kita setelah kita mati? Dan seluruh peserta dengan antusias menjawab bahwa kita semua (manusia) berasal dari Allah, untuk beribadah kepada Allah, dan akan kembali lagi kepada Allah. Setelah mengetahui jati diri sebagai seorang muslim, maka kita pun harus mengambil konsekuensi untuk selalu tunduk dan taat atas perintah dan larangan Allah. Karena Allah lah yang menciptakan kita dan hanya Allah lah yang mengetahui mana yang baik dan mana yang tak baik bagi umatnya.
Materi yang begitu panjang kali lebar (bukan luas persegi panjang loh) membuat peserta semakin semangat dan penasaran untuk melanjutkan ke materi selanjutnya. Mereka semakin antusias menunggu suguhan ilmu lainnya. Namun sebelum disambung ke materi selanjutnya, peserta harus mengikuti game yang kedua.
Oke, lanjut ke acara berikutnya yakni game kedua yang langsung dilanjutkan dengan game ketiga yang masing-masing berjudul “I Follow U” dan “Put Me on My Place”. Dalam game kedua tersebut para peserta diminta untuk memejamkan mata dan hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh salah satu panitia yang berbicara melalui alat pengeras megaphone tidak boleh menghiraukan suara lain selain pembicara. Perintah tersebut mulai dari memegang bagian tubuh, wajah, bergerak ke kiri atau ke kanan, hingga bergoyang ke kiri atau ke kanan. Siapa yang tidak melakukan perintah dengan benar atau mengikuti arahan selain pembicara maka akan secara alami tereliminasi. Hingga akhirnya hanya tertinggal satu orang saja yang dapat melakukan perintah dengan benar dan percaya diri. Esensi dari game ini adalah menguji ketaatan kita terhadap syariah (aturan) yang digambarkan dengan perintah dari panitia. Meskipun perintah tersebut terasa aneh dan tidak sesuai dengan keinginan kita, tapi Allah pasti mengetahui apa yang kita butuhkan. Dan kita tetap harus taat dan pede (percaya diri) melaksanakannya meskipun banyak godaan dan  kita menjadi terasing atau sendirian dalam melakukannya.
Setelah game kedua tersebut usai, lalu dilanjutkan dengan game ketiga bertajuk “Put Me on My Place”. Dimana dalam game tersebut peserta secara berkelompok diminta untuk meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Seperti dimanakah seharusnya uang koin diletakkan dan sebagainya. Dan ibrah yang dapat diambil dari game ini adalah segala sesuatu itu harus diletakkan pada tempatnya. Begitu pula dalam islam. Syariah islam akan dapat diterapkan secara kaffah (menyeluruh) dalam bingkai daulah khilafah islamiyah yang menjadikan syariah islam sebagai aturannya.
Penjelasan lengkap atas kedua games tersebut disampaikan oleh dua pemateri luar biasa yakni ustadzah Arinta dan ustadzah Fida mengenai pentingnya syariah dan khilafah dalam kehidupan manusia. Ustadzah Arinta menyampaikan kepada para peserta outbond bahwa ketika kita telah menyadari jati diri kita sebagai seorang muslimah, maka akan ada konsekuensi yang harus kita tanggung yang nantinya akan menghantarkan kita memasuki gerbang syurga. Konsekuensi tersebut terkait keterikatan kita sebagai makhluk ciptaan kepada Sang Pencipta. Ketika kita mengetahui bahwa yang menciptakan kita adalah Allah, maka dalam melangsungkan hidup seharusnya kita pun berpedoman pada aturan Allah semata. Ya iya lah. Coba saja kita analogikan seperti ini, ketika kita membeli handphone (HP) dengan merk tertentu, kita akan memperoleh paket HP tersebut lengkap dengan aturan penggunaannya. Nah bagaimana jika kita menggunakan HP tersebut dengan aturan penggunaan mesin cuci? Rusak kan? Sama dengan kita. Aturan yang sesuai dengan fitrah manusia hanya tertera dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Islam memiliki aturan yang lengkap, mulai dari hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah), hablumminannafsih (hubungan manusia dengan dirinya sendiri) serta hablumminannas (hubungan manusia dengan manusia yang lainnya). Semuanya ada dalam Islam. Mulai dari kita bangun tidur hingga kita membangun negara. Mulai dari ibadah hingga muamalah.
Aturan mengenai hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah) meliputi ibadah ritual (rukun Islam) sehari-hari, dan setiap manusia diwajibkan untuk menjalankannya. Di indonesia hal tersebut dapat dilaksanakan dengan kemudahan. Aturan kedua mengenai hablumminannafsih (hubungan manusia dengan dirinya sendiri) meliputi akhlak, cara berpakaian, memenuhi hajat (seperti makan, minum, dll). Dan hal tersebut juga masih dapat dilakukan setiap orang dengan mudah karena hal tersebut dilakukan untuk diri kita sendiri tanpa campur tangan orang lain. Dan aturan ketiga mengenai hablumminannas (hubungan manusia dengan manusia yang lainnya) meliputi pergaulan, muamalah, ekonomi, politik, dll. Nah untuk aturan ketiga ini, masih sulit dilaksanakan jika kita menggunakan hukum yang benar. Karena pada dasarnya pemimpin setiap negara di belahan dunia ini tak menggunakan hukum dari Allah swt. dan lebih memilih untuk memisahkan hukum Allah hanya pada tempat ibadah saja, tidak secara universal. Istilah lainnya adalah sekulerism (paham memisahkan agama dengan kehidupan). Jadi pada pemimpin suatu negeri akan menggunakan hukum islam ketika hukum tersebut mendatangkan manfaat bagi sebagian orang saja.
Rasanya sulit memang untuk menerapkan aturan Allah secara kaffah saat ini, dimana tidak ada institusi berbentuk negara yang mau mengambil islam sebagai aturannya dan masih banyaknya negara yang berideologi kapitalis dan beraqidah liberal. Karena kehidupan masyarakat diatur dengan aturan sesama manusia, demokrasinya, hukum negaranya, serta kebebasan sebebas-bebasnya tanpa batas. Lain dengan negara yang hanya berpedoman pada aturan Allah semata. Masyarakat akan dilindungi akidahnya dan dosanya dapat terampunkan ketika ia melakukan kesalahan. Begitu luar biasanya jika hukum Islam diterapkan. Dan Islam akan terterapkan secara sempurna dalam naungan daulah khilafah islamiyah. Yakni kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syariat Islam dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia. Yang pemimpinnya disebut sebagai khalifah.
Adzan dzuhur berkumandang ketika penyampaian materi ketiga di atas selesai. Tak perlu berlama lagi, seluruh peserta dan panitia melaksanakan Ishoma (istirahat, sholat, dan makan). Dalam hal ini dibagi dua bagian, separuh jumlah peserta melaksanakan sholat dzuhur terlebih dahulu, dan separuh lainnya makan siang begitu pula sebaliknya.
Selesai ishoma, serunya kegiatan outbond ini pun dilanjutkan. Berpindah ke tempat lain untuk memperoleh suasana baru, acara dilanjutkan dengan game kedua yang bertajuk “Go with The Ship”. Dalam permainan ini, para peserta di bagi dalam beberapa kelompok dan diminta untuk mengumpamakan dua lembar koran sebagai dua buah sekoci dan rerumputan disekitarnya sebagai samudera lepas. Bak kisah terbelahnya kapal titanic, dua sekoci tersebut digunakan untuk menyelamatkan seluruh penumpang kapal untuk menyebrang ke arah pantai dengan strategi yang dapat menyelamatkan mereka tentunya. Sekoci tidak diperbolehkan untuk rusak atau robek, dan penumpang (peserta) tidak diperbolehkan untuk menginjak rumput. Karena jika ada salah satu penumpang menginjak rumput secara sengaja maupun tidak, penumpang dinyatakan tenggelam. Serunya permainan ini adalah karena lebar sekoci tak sesuai dengan jumlah penumpang. Dan hal ini membuat para peserta harus jungkir balik memikirkan strategi jitu bagi kelompoknya.
Ibrah yang dapat diambil dari permainan ini adalah pentingnya berdakwah secara jamaah serta kerjasama dalam dakwah. Karena jika dakwa dilakukan secara sendirian akan terasa sulit dan butuh waktu lama untuk menjadikannya berhasil. Berbeda jika dakwah disampaikan dengan kerjasama dan berjamaah. Pasti akan lebih mudah dan ringan. Sebagaimana materi yang disampaikan oleh ustadzah Inas mengenai seruan berdakwah secara berjamaah. Dalam materinya tersebut ustadzah Inas mencobah menggerakkan ghiroh (semangat) para peserta untuk bersatu berdakwah bersama ummat untuk mewujudkan terterapkannya syariah dalam bingkai khilafah islamiyah. Dan ustadzah Inas menutup penyampaiannya tersebut dengan menawarkan para peserta untuk bergabung dalam barisan dakwah para pejuang islam MHTI (Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia) untuk menerapkan syariah islam dan menegakkan Khilafah. Dan gayung pun bersambut. Para peserta sangat senang dan antusias untuk terlibat dalam gerak dakwah bersama MHTI. Hal ini terlihat dari salah satu note yang diberikan oleh seorang peserta bernama Ria Mardiana, dia mengatakan bahwa acara outbond ini sangat bermanfaat baginya, dan ia bersyukur dapat mengikuti acara ini, karena ia bisa memperdalam islam dan ia yakin untuk menyampaikannya kepada teman-temannya yang lain. Dan kegiatan outbond “Holiday be Happy and Syar’i with MHTI” ini ditutup dengan doa dan harapan tersegeranya penerapan syariah dalam bingkai khilafah. Wallahu a’lam.
Sampai jumpa di agenda Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia selanjutnya!! [Rina-the muslimah fighter]



Senin, 02 Juli 2012

Sepak Bola, Ajang Pemersatu Umat?



            Kemarin, tepatnya tanggal 28 Juni 2012 dini hari waktu Indonesia, di Donetsk, Ukraina, tim matador Spanyol berhasil melenggang ke babak puncak euro cup 2012. Dalam pertandingan melawan Portugal tersbut, Spanyol cukup kewalahan meladeni permainan dari Portugal. Hingga pada menit ke-90 plus dua kali tambahan waktu 15 menit, usaha kedua tim tak membuahkan hasil. Skor imbang kacamata alias 0-0 bertahan. Dan puncaknya kemenangan Spanyol diperoleh melalui tendangan pinalti dengan skor akhir 4-2. Sontak euforia tim matador beserta suporternya membahana di stadion Donbass Arena, Donetsk, Ukraina.
            Tapi bukan itu yang akan saya bahas di sini. Yang akan saya bahas dalam tulisan saya kali ini mengenai pernyataan dari salah satu wartawan stasiun televisi nasional yang menyatakan bahwa “Pala Eropa (Sepak Bola) telah menyatukan setiap ummat di dunia” dan “Piala Eropa bukan lagi milik masyarakat benua Biru –julukan Benua Eropa- melainkan juga untuk seluruh penduduk dunia, termasuk Asia”. Sedikit penggalan pernyataan tersebut membuat saya sangsi. Benarkah hal itu?
            Pernyataan tersebut muncul ketika wartawan tersebut menjumpai dan mewawancarai beberapa penonton pertandingan semi final tersebut yang berasal dari Asia (Jepang, China, dan sekitarnya). Antusiasme dari pendukung kedua kesebelasan (Spanyol dan Portugal) sangat terlihat dari atribut yang mereka kenakan untuk mendukung tim favoritnya, mulai dari jersey tim hingga coretan bergambar bendera tim favorit di wajahnya. Sehingga wartawan tersebut menyimpulkan bahwa gelaran akbar nomor wahid ini mampu menyatukan umat dari belahan dunia manapun, tak hanya benua biru saja. Sehingga isu rasisme yang pernah muncul di awal turnamen ini dapat dipatahkan.
            Kembali pada pertanyaan saya, “Benarkah Euro Cup (atau pagelaran sepak bola yang lainnya) dapat menyatukan ummat sedunia?” Mungkin dalam satu sisi iya. Karena di dalam stadion sepak bola pasti terdapat banyak orang mulai dari pemain sepak bola maupun penontonnya yang mana kadang mereka berasal tidak dari satu wilayah yang sama. Jika itu jawabannya, mungkin benar.
Tapi faktanya, pagelaran2 sepak bola justru memunculkan sekat-sekat antar ummat. Lihat saja pertandingan antara Indonesia vs Malaysia di seagames 2011 lalu. Pendukung tim Indonesia dan Malaysia saling beradu mulut hingga menimbulkan perpecahan karena pada saat itu, diduga kemenangan tim Malaysia atas Indonesia dikarenakan pendukung Malaysia menyemprotkan gas air mata kepada pemain timnas Indonesia, sehingga penglihatan mereka terganggu.
Hal tersebut justru menjadikan negeri2 muslim terpecah belah. Coba kita perhatikan. Ketika ada momen sepak bola apa lagi antar negara, pasti satu negara dengan negara yang lainnya akan saling memuja tim favorit masing-masing. Hal tersebut membuat para pendukung amsing-masing tim melakukan pembelaan bagi tim favorit mereka. Muali dari menyanyikan yel-yel penyemangat hingga saling cela antara para pendukung. Padahal tak sedikit dari mereka akidah yang sama (seharusnya) jika dilihat dari agamanya (Islam).
Itu semua karena efek nasionalisme (ikatan kebangsaan). Ikatan inilah yang secara sengaja atau pun tidak memaksa manusia untuk berkorban hingga hidup dan mati pun demi mempertahankan negerinya. Padahal ikatan ini malah menimbulkan banyak hal negatif bagi orang-orang yang “mengidolakannya”. Loyalitas tanpa batas katanya. Hhmm masak sih? Apakah mati sia-sia dikeroyok sesama pendukung sepak bola dapat dikatakan sebagai bukti loyalitas tanpa batas? Oh no! Jangan gila deh!
Ikatan nasionalisme seharusnya tidak layak dijadikan sebagai pemersatu di tengah-tengah umat. Hal tersebut dikarenakan ikatan ini memiliki banyak kelemahan. Diantaranya, syaikh Taqiyudin An-Nabhani dalam kitabnya Nidzamul Islam (Peraturan Hidup Dalam Islam) menuliskan bahwa ikatan nasionalisme merupakan ikatan yang rusak karena tiga hal:
1)      karena mutu ikatannya rendah, sehingga tidak mampu mengikat antara manusia satu dengan yang lainnya untuk menuju kebangkitan dan kemajuan.
2)      Karena ikatannya bersifat emosional, yang selalu didasarkan pada perasaan yang muncul secara spontan dari naluri mempertahankan diri, yaitu untuk membela diri. Di samping itu ikatan yang bersifat emosional sangat tidak bisa dijadikan ikatan yang langgeng antara manusia satu dengan yang lain.
3)      Karena ikatannya bersifat temporal, yaitu muncul saat membela diri karena datangnya ancaman. Sedangkan dalam keadaan stabil, yaitu keadaan normal, iaktan ini tidak muncul. Dengan demikian, tidak bisa dijadikan pengikat antara sesama manusia.
Mari sama-sama kita renungkan 3 hal di atas. Betul apa benar?? Nasionalisme akan memuncak ketika ada even tertentu. Sepakbola, sea games, dan semuanya yang berbau kompetisi. Tapi ketika semua even tersebut usai, masi adakah rasa nasionalisme? Masih adakah pembelaan menggebuh-gebuh atas negara??